Pemilu
2019 merupakan penentuan siapa dan bagaimana tokoh pemimpin Indonesia lima
tahun kedepan. Pada pemilihan presiden 4,5 tahun lalu, kita merasakan konflik
yang tak kalah bertentangan dengan pemilihan presiden tahun ini. Dengan konflik
pada pemilihan presiden membuat banyak orang yang pilihannya berbeda menjadi
pecah berkubu. Padahal dengan dinobatkannya presiden belum tentu mereka yang
memilihnya mendapatkan iming iming janji manis yang terucap saat kampanye.
Indonesia
ku miris, setelah pemilihan presiden pun janji itu hanya sekedar ucapan. Janji
dengan Indonesia yang bersih dari korupsi pemerintah, rakyat damai, tiada
kejahatan, bebas narkoba, bahan pangan murah, lapangan pekerjaan luas, dan
masih banyak janji janji manis lainnya. Namun kenyataan yang didapat malah
sebaliknya, bahkan pemerintah mengizinkan orang asing masuk ke Indonesia untuk
bekerja, membangun perkantoran, bahkan mendapatkan sumber daya alam Indonesia
dengan cuma – cuma. Masyarakatnya dapat apa? Lapangan pekerjaan di ibukota
banyak yang mempekerjakan orang asing, padahal lulusan sarjana di Perguruan
tinggi negeri Indonesia sangatlah banyak. Bukannya tak dapat bersaing, namun
pemerintah yang tidak adil dalam menanggapi kebutuhan rakyatnya sendiri.
Melihat itu semua pemerintah hanya memandang sebelah mata.
Indonesia
memilih untuk kemajuan bangsa, bukan untuk kemelaratan pada rakyatnya. Yang
diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Pilihan Indonesia pilihan terbaik,
namun kenapa pemerintah malah semena-mena terhadap rakyat setelah terpilih?.
Tentang siapa pemimpin berdaulat yang cakap untuk Indonesia kedepannya, semoga
dia yang benar benar amanah dalam menjalankan tugas sebagai pemimpin Indonesia
dan janji kampanye yang terucap dapat dijalankan sebagaimana mestinya. Pemilu
damai, pemilu adil tanpa kecurangan tanpa kericuhan maupun perpecahan. Pemilih
berdaulat, negara kuat.
-Siti Nur Nabilah-
No comments:
Post a Comment
Kamu punya kritik dan saran? Silahkan melalui kolom komentar di bawah ini