Situs resmi Badan Eksekutif Mahasiswa Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta


Saturday, January 6, 2018

Ibumu Tak Butuh Itu

Sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden Nomor 31 Tahun 1959, 22 Desember ditetapkan sebagai Hari Ibu Nasional. Peringatan Hari Ibu dimaksudkan untuk mengenang semangat dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas manusia. Hingga saat ini, banyak sekali perayaan yang dilakukan untuk memeriahkan Hari Ibu Nasional, mulai dari memberikan ucapan yang spesial, memberikan kado dan bunga kepada ibu, atau bahkan sampai membebastugaskan ibu dari pekerjaan rumah yang biasa ia lakukan sehari-hari.

Di tengah berbagai macam perayaan Hari Ibu, ada beberapa golongan yang mengecam perayaan tersebut. Golongan ini menganggap bahwa perayaan Hari Ibu membuat seseorang hanya menghormati ibunya ketika Hari Ibu saja. Selain itu? Tidak sama sekali. Hari Ibu membuat semua orang berlomba-lomba untuk memberikan sesuatu kepada ibunya, tak peduli betapa acuhnya mereka kepada Sang Ibu di hari biasa. Respon yang diberikan oleh Sang Ibu pun beraneka ragam. Ada yang bahagia karena tak menyangka anak kesayangannya memberikan sebuah hadiah, tetapi ada pula yang merasa sedih karena hal itu. Mengapa?

Hati seorang ibu bisa dikatakan sebagai hati yang selembut sutra. Ketika anaknya disibukkan dengan berbagai agenda yang menuntut untuk sering di luar rumah, ia tak pernah merasa anaknya meninggalkannya. Ia selalu meyakini bahwa apapun yang dilakukan anaknya pasti baik dan tidak mungkin membuatnya kecewa. Alhasil, Sang Ibu sudah merasa terbiasa dengan anaknya yang jarang mempunyai waktu untuk sekedar saling menyapa, hingga mungkin ia sudah terbiasa hidup 'tanpa' anaknya. Namun ketika Hari Ibu, anaknya tiba-tiba memberikan kejutan berupa kue dan kado spesial padanya. Apa respon Sang Ibu? Tentu saja bahagia atau bahkan menangis terharu melihat anaknya melakukan hal semacam itu.

Namun pernahkah kita memikirkan apa yang terjadi setelah itu?

Sang Ibu menangis dalam keheningan malam, ia tak mau diperlakukan seperti ini. Ia hanya ingin bercengkerama dengan anaknya setiap hari walau hanya sesaat sebelum anaknya disibukkan dengan segala agenda yang dimiliki. Ia tak butuh ucapan, kue, atau kado, ia hanya butuh kehadiran anaknya di tengah kesepian yang melanda. Ia rindu saat anaknya masih anak-anak, suasana rumah ramai dan tidak membosankan, tidak seperti sekarang yang ramai hanya jika ada perayaan.

Lalu,  apa yang harus kita lakukan?

Mulailah dengan menyapa ibumu setiap hari, walau hanya menanyakan kabar. Luangkanlah waktumu untuk bertemu ibu di rumah. Dan sadarilah bahwa ibu kita tak butuh semua perayaan itu. Percayalah, ia hanya butuh untuk ditemani di masa tuanya. Tidakkah kita menyesal jika tak sempat membahagiakan ibu kita?

_ADR_

No comments:

Post a Comment

Kamu punya kritik dan saran? Silahkan melalui kolom komentar di bawah ini