Situs resmi Badan Eksekutif Mahasiswa Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta


Monday, May 20, 2019

Refleksi Pendidikan yang Sering Disalahartikan


Dalam perkembangan sebuah bangsa, adanya kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi. Sebab pada dasarnya tak ada negara manapun di dunia ini yang tidak memiliki sistem pendidikan jika ingin negaranya mampu bersaing dengan negara lainnya. Pada kesempatan yang tak jarang juga, seringkali pendidikan menjadi tolok ukur bagaimana negara tersebut berhasil atau tidak. Hal inilah yang seringkali kita renungi sebagai salah satu hal yang wajib digeluti.

Eksistensi pendidikan tidak dapat kita elak lagi. Pada hakikatnya manusia hidup adalah insan yang berilmu. Dan berilmu itu dicapai dengan baik ketika melalui sebuah proses yang baik. Ketika proses pendidikan tak dilalui dengan baik, maka jangan harap hasil pendidikan pada nantinya akan baik. Bahkan jika kita ingin berbicara mengenai peradaban, maka pendidikan selalu menjadi hal yang harus dikedepankan.

Dalam agama manapun, menuntut ilmu merupakan sebuah kewajiban. Hal ini karena manusia adalah makhluk yang sempurna dengan adanya akal yang tidak dimilki oleh makhluk lainnya. Satu-satunya proses dalam mencapai ilmu tersebut ialah dengan sistem pendidikan yang seimbang antara guru dan murid, antara pemberi ilmu dengan penerima ilmu. Bahkan dalam agama, kemuliaan seseorang yang mengenyam pendidikan ialah diberikan derajat yang tinggi dalam kedudukan Tuhan.

Sebenarnya pendidikan bukanlah hal yang salah. Justru sebaliknya, pendidikan merupakan kunci seseorang untuk menuju insan yang sejati. Namun pada faktanya, ada masalah yang terjadi di sekitar kita, atau bahkan mungkin dari dalam diri kita sendiri yang menyalahi aturan serta etika yang ada. Niat yang salah ialah menjadi problematika yang ada dari segala masalah yang ada. Tak sedikit dari kita menganggap bahwa mengenyam pendidikan hanyalah untuk pintar semata. Jika yang dicari hanya kepintaran, nyatanya Iblis lebih pintar dari manusia. Kita tentunya masih ingat kisah Iblis yang diusir dari surga hanya karena merasa dirinya lebih tinggi dari Nabi Adam. Lantas kita sebagai manusia yang memiliki akal dan hati, masihkah angkuh terhadap kepintaran yang sifatnya tak abadi?

Proses pendidikan yang kita jalani setiap hari pada sejatinya bukan untuk dimiliki sendiri. Sebab ilmu yang telah kita dapatkan wajib kiranya untuk diamalkan serta diajarkan kepada orang lain. Pendidikan dapat dinyatakan sukses manakala ilmu yang didapat dapat berguna dan bermanfaat untuk dirinya dan orang lain. Bukan sebaliknya, yang pada akhirnya akan menjerumuskan seseorang kepada keburukan.

Selain itu, masalah serius yang sering kita jumpai yaitu tidak adanya etika dalam menuntut ilmu. Sebuah pendidikan tanpa adanya etika maka hasilnya akan nihil. Tidak ada artinya dengan apa yang telah ditempuh selama ini. Seringkali kita melihat seorang murid yang menduduki meja guru, atau bahkan berperilaku tidak sopan kepadanya. Hal ini sebenarnya yang akan mengahancurkan pendidikan itu sendiri. Sebab apa gunanya ilmu yang didapat jika tak beretika. Sebenarnya tujuan pendidikan pada hakikatnya adalah terwujudnya manusia yang berkarakter. Dan berkarakter tersebut di dalamnya menyimpan amanah besar tentang moral yang harus terjaga demi menghormati hakikat ilmu itu sendiri.

Abu Zakariya An Anbari rahimahullah mengatakan:
علم بلا أدب كنار بلا حطب، و أدب بلا علم كروح بلا جسد
“Ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu bakar, dan adab tanpa ilmu seperti jasad tanpa ruh” (Adabul Imla’ wal Istimla’, dinukil dari Min Washaya Al Ulama liThalabatil Ilmi).

Dari ungkapan tersebut dapat dijabarkan, sebenarnya seseorang yang berilmu tanpa adanya etika seperti api yang padam dengan sendirinya karena tak bermanfaat untuk sekelilingnya. Ini sebenarnya menjadi renungan untuk kita betapa tingginya moral yang disertai dengan pendidikan yang efektif. Hingga pada akhirnya bangsa kita benar-benar menjadi bangsa yang unggul dialam segala peradaban namun tidak melupakan moral yang telah diajarkan oleh para pendahulu bangsa demi cita-cita luhur yang mulia untuk menyongsong Indonesia yang sejahtera dan bermartabat ke depannya.Wallahu A’lam Bishshawab, Bismillah Namsyi Alaa Barakatillah.

-Resky Anggara-

No comments:

Post a Comment

Kamu punya kritik dan saran? Silahkan melalui kolom komentar di bawah ini