Pemilu identik dengan slogan LUBER dan JURDIL.
Kedua singkatan itu seolah menggambarkan Indonesia yang sangat demokratis.
Langsung, pemilih harus memilih secara langsung tidak boleh diwakilkan oleh
orang lain. Umum, pemilihan dapat dilakukan oleh seluruh Warga Negara Indonesia
yang sudah memiliki hal untuk memilih. Bebas, pemilih bebas memilih siapa saja
yang dia kehendaki tanpa paksaan dari siapa pun. Rahasia, pemilih harus
merahasiakan pilihannya dari orang lain. Jujur,
pemilih mengikuti aturan yang sudah ditetapkan saat akan memberikan
suaranya. Adil, perlakuan kepada pemilih
haruslah sama, tidak boleh dibeda-bedakan. Sesuai dengan sila dari pancasila
ketiga yang berbunyi " Persatuan Indonesia", masyarakat Indonesia
yang beranekaragam suku, adat, budaya, dan agama serta terbentang dari sabang
sampai merauke mampu bersatu dan hidup berdampingan sampai saat ini. Jika kita
kembali pada masa sebelum kemerdekaan, bagaimana para pahlawan berjuang untuk
merebut kemerdekaan, mereka bersatu untuk menggapai satu tujuan yaitu merdeka.
Masyarakat Indonesia dikenal dengan rasa tolerannya yang sangat tinggi, banyak
warga negara asing yang merasa kagum karena persatuan dan rasa saling
menghargai yang dimiliki oleh orang Indonesia.
Namun, sepertinya pemilu yang di selenggarakan
pada 17 April 2019 membuat masyarakat Indonesia mulai meninggalkan rasa
persatuan dan rasa toleran yang sebelumnya sangat dijunjung tinggi. Pemilu
seakan dijadikan ajang untuk saling menjatuhkan karena berbeda pilihan.
Kesalahan sekecil apa pun bisa menjadi sangat besar hanya untuk saling
menjatuhkan. Saling mencari kesalahan bahkan membuat berita yang kebenarannya
masih diragukan. Hoax bertebaran, kalimat-kalimat saling sindir dan menjatuhkan
juga banyak bertengger di sosial media. Dimanakah rasa persatuan? Dimanakah
masyarakat Indonesia yang cinta perdamaian? Apakah tidak akan ada lagi rasa
saling menghargai antar masyarakat Indonesia? Ingatlah, kita ini "Bhinneka
Tunggal Ika" yang memiliki makna berbeda-beda tapi tetap satu jua. Tidak
seharusnya perbedaan membuat kita saling bermusuhan. Ingatlah pahlawan kita
terdahulu sangat sulit untuk merebut kemerdekaan. Apakah rela Indonesia
terpecah belah hanya karena berbeda pilihan dalam pemilu? Ingatlah, kita punya
banyak kekayaan yang harus dijaga, jika kita hanya mementingkan ego semata dan
tidak bersatu, bagaimanakah cara kita untuk menjaga, merawat, dan
mempertahankan kekayaan yang sangat melimpah di negeri tercinta kita?
Sejak tahun 1955, pemilu sudah mulai
dilaksanakan. Pemilu dilaksanakan dengan harapan masyarakat Indonesia dapat
memilih pemimpin yang mereka percaya untuk memimpin negeri ini. Namun, bukan
berarti ketika berbeda pilihan harus saling menjatuhkan. Karena pada dasarnya,
siapa pun yang akan menjadi pemimpin di Indonesia, kita sebagai warga negara
harus tetap memberi dukugan dan kontribusi terbaik kita agar apa yang di
cita-cita kan untuk Indonesia dapat segera tercapai. Karena jika kita berjuang
bersama, semuanya akan terasa lebih mudah. Jadikanlah pemimpin bangsa kita
sebagai sarana untuk mewujudkan pemikiran dan ide-ide kita untuk kemajuan
bangsa. Untuk para generasi penerus bangsa, jika sudah sadar akan masalah yang
ada di Indonesia, belajar lah dengan giat agar kelak kau dapat menjadi pemimpin
negeri ini dan mengatasi masalah yang ada. Jagalah persatuan Indonesia. Berikan
yang terbaik untuk bangsa.
-Elis Susilawati-
No comments:
Post a Comment
Kamu punya kritik dan saran? Silahkan melalui kolom komentar di bawah ini