Situs resmi Badan Eksekutif Mahasiswa Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta


Wednesday, April 21, 2021

Diskriminasi Gender Dalam Kehidupan

 Diskriminasi Gender Dalam Kehidupan

Gender merupakan sebuah pilihan dari Tuhan, manusia belum tentu bisa menebak gender saat masih dikandungan dengan kepastian. Secara biologis, terdapat dua gender, pria dan wanita. Menjadi pria atau pun wanita punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Semakin hari, pikiran manusia semakin berkembang sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Namun, dari berkembangnya pikiran manusia terdapat perbedaan-perbedaan pemikiran. Berkembangnya pikiran manusia merupakan dampak yang baik, namun beragamnya pemikiran tiap individu belum tentu semuanya berdampak baik.  Masih terdapat banyak hal buruk yang disebabkan oleh beragamnya pemikiran tentang keharusan membedakan tiap individu berdasarkan gendernya. Hal tersebut bisa dikatakan sebuah diskriminasi terhadap gender.

Terkadang, wanita tidak memiliki kesempatan yang sama seperti pria di dalam kehidupan masyarakat. Banyak wanita yang memiliki gerakan untuk memperjuangkan keadilan dan kesetaraan dalam kehidupan masyarakat. Gerakan tersebut disebut dengan gerakan feminisme. Feminisme adalah gerakan sosial dan ideologi yang memperjuangkan hak perempuan di segala bidang baik itu politik, ekonomi, sosial, dan lainnya. Namun, banyak orang yang salah paham dengan kegiatan ini. Banyak yang mengira jika kegiatan ini untuk mengalahkan atau menguasai pria. Padahal, pernyataan tersebut salah. 

Sementara gender merupakan penggolongan individu berdasarkan keadaan sosial budaya di dalam sebuah masyarakat. Dimana bentukkannya sudah ada sejak lahir, dan lama-kelamaan semakin terbentuk melalui sosialisasi serta interaksi yang dilakukan. Akan tetapi gender merupakan sesuatu yang dapat diubah dan bersifat dinamis, karena akan sangat dipengaruhi oleh konstruksi sosial seseorang. 

Semakin hari, pikiran manusia semakin berkembang sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Akan tetapi di samping dampak baik yang ada, masih terdapat banyak hal buruk yang disebabkan oleh beragamnya pemikiran tentang keharusan membedakan tiap individu berdasarkan gendernya. Hal tersebut memang sangat ditentukan oleh budaya yang masih dibawa oleh setiap individu dan menjadi memasyarakat melalui proses sosialisasi. Hal tersebut lama kelamaan berubah menjadi sebuah diskriminasi terhadap gender.

Hingga saat ini sering kali kita menemui contoh kasus pengdiskriminasian terhadap gender. Seperti contohnya, setiap wanita dianggap tidak perlu mengenyam pendidikan tinggi karena pada akhirnya hanya memiliki kewajiban untuk mengurusi keluarganya saja. Sementara laki-laki dirasa perlu untuk memiliki pendidikan yang tinggi agar bisa meningkatkan status sosialnya dalam masyarakat. Hal tersebut tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita. Akan tetapi, jika dikaji lebih mendalam, ada beberapa hal yang sebenarnya tidak bisa dibilang benar apabila kita melihat dari segi kebutuhan atau hak tiap individu. Memang tidak bisa terlihat dengan jelas, tapi pendidikan bagi perempuan sama pentingnya dengan yang didapatkan oleh laki-laki. Seorang perempuan tidak akan bisa menjadi ibu rumah tangga yang baik apabila dia tidak memiliki kepandaian yang suatu saat pasti akan dibutuhkan. 

Setiap orang pastilah pernah memiliki pengalaman serupa dalam konsteks diskriminasi kepada gender. Seperti contohnya saya sendiri, di dalam memilih tempat kuliah ada beberapa kasus yang pernah dialami berkaitan dengan hal di atas.

Saat hendak mengikuti ujian masuk universitas, saya sangat mengidamkan sebuah universitas negeri ternama yang tempatnya cukup jauh dari rumah. Saya belajar mati-matian untuk bisa menggapai cita-cita tersebut. Akan tetapi, saat meminta restu dari kedua orang tua, terutama ibu saya, beliau merasa keberatan dengan pilihan yang saya tentukan. Beliau lebih ingin saya memilih universitas yang tidak terlalu jauh, bahkan ingin saya tetap berkuliah di dalam kota. Alasannya hanya karena saya merupakan anak perempuan, yang menurut ibu saya tidak boleh pergi terlalu jauh dari keluarga. Pada akhirnya saya berusaha mengambil jalan tengah dengan memilih jurusan sama pada universitas berbeda yang tidak terlalu jauh dari rumah, namun berada di luar kota. Keluarga saya memang masih terpengaruhi oleh budaya yang begitu kental. Bahwa anak perempuan tidak perlu pergi terlalu jauh hanya untuk belajar. Tidak seperti anak laki-laki yang diharuskan untuk belajar mandiri dengan menimba ilmu di tempat yang jauh dari keluarga. Padahal saya merasa sebagai perempuan pun memiliki kebutuhan untuk bisa menjadi pintar dan sukses, sama seperti laki-laki. Meski suatu saat pasti akan menjadi ibu rumah tangga, akan tetapi, menjadi ibu rumah tangga yang cerdas lebih saya inginkan, dibanding menjadi ibu yang menuntut anaknya untuk pintar sementara dirinya sendiri tidak pintar. 

Selain itu juga, di dalam lingkungan kampus, si A sangat menggemari kegiatan teater. Saat itu sia A hendak mengikuti open recruitment pemain yang tak lama lagi akan dibuka. Sebelumnya, sia A sempat bertemu dengan salah satu panitia dan menyatakkan keinginan     si A  tersebut. Akan tetapi, panitia yang merupakan teman si A tersebut menolak secara tidak langsung. Dia berkata bahwa pentas kali ini akan mengangkat tema Yunani, sehingga akan sulit bagi wanita berkerudung untuk bisa mengikuti pentas. Karena hal tersebut tentunya si A menjadi terdiskriminasi hanya karena perbedaan keyakinan. Karena sebagai orang Islam, keyakinan si A mewajibkan kepada semua para perempuan muslim untuk berhijab. Setelah mendengar hal itu, si A merasa kesal karena orang tersebut menganggap kerudung sebagai sebuah benda yang bisa membatasi ruang gerak si A dalam berkarya. 

Kedua kasus tersebut dapat mewakili betapa sering terjadinya sebuah diskriminasi yang didasari perbedaan pandangan terhadap sebuah gender. Tidak hanya membedakan perempuan dengan laki-laki, bahkan perempuan dengan keyakinan yang berbeda pun memiliki sebuah pembeda di mata orang lainnya. Padahal jika dikaji dari sisi yang berbeda, semua itu bukanlah hal yang perlu dijadikan masalah. Baik perempuan, laki-laki, bahkan perempuan atau laki-laki dengan keyakinan berbeda berhak mendapatkan sebuah perlakuan yang serupa. Karena kita semua memiliki hak yang sama, kemampuan untuk berkembang, serta kesempatan yang sama. 

Setiap orang tentu bebas menyuarakan pemikirannya, akan tetapi akan lebih baik jika hal tersebut tidak harus melibatkan permasalan gender dari tiap individu. Apabila hal tersebut masih bisa dilakukan oleh semua gender, kenapa tidak kita memberikan kesempatan bagi orang-orang yang hendak melakukan apa yang diinginkannya. Karena tindakan pendiskriminasian sekecil apapun akan bisa berakibat fatal apabila si lawan bicara menangkap hal tersebut menjadi suatu masalah yang besar. Pada akhirnya akan membawa kita pada pertikaian ataupun perpecahan.

Oleh karena itu, penting sekali bagi kita untuk memahami mengenai gender serta bagaimana menangani sebuah perbedaan agar nantinya tidak menimbulkan pendiskriminasian dalam kehidupan bermasyarakat. Serta agar semua orang bisa melakukan serta mendapatkan apa yang mereka inginkan tanpa khawatir akan dibedakan berdasarkan apapun, terutama berdasar gender apa yang dia miliki. Feminisme ada untuk semua gender dalam memiliki hak dan kesempatan yang sama. Gerakan ini menghormati pengalaman, identitas, pengetahuan, serta kekuatan yang berbeda-beda. Gerakan feminisme ini dapat mewujudkan hak wanita. 

-Najla Nafisa

No comments:

Post a Comment

Kamu punya kritik dan saran? Silahkan melalui kolom komentar di bawah ini